GIANYAR, BALI EXPRESS - Pura Mengening yang terletak di wilayah Desa Adat Saraseda, Kecamatan Tampaksiring memiliki 10 kelebutan (sumber mata air). Dari jumlah itu ada satu terlihat berbeda, yaitu pada klebutan Tirta Malela yang dipenuhi dengan ikan bawel dan koi. Ikan-ikan itu pun ada yang berusia puluhan tahun dan ukurannya mencapai hampir 1 meter, hal tersebut diungkapkan oleh Bendesa Adat Saraseda, I Nyoman Weda, Minggu (19/1).
Dijelaskan klebutan Tirta Malela itu merupakan Tirta yang diyakini berkhasiat untuk mempertahankan awet muda bagi seseorang yang melukat di sana. Sedangkan terkait ikan koi dan bawel yang ada, ia mengaku beberapa pindahan dari kolam yang ada di jaba pura dan beberapa juga memang sengaja ditabur untuk mempercantik klebutan tersebut. "Ikan - ikan itu awalnya ada di kolam jaba pura, karena dikuras sehingga dipindah ke sumber klebutan. Sisanya baru ditabur oleh pemedek yang menghaturkan,"jelasnya.
Nyoman Weda juga menyampaikan dipilihnya klebutan Tirta Malela sebagai tempat ikan juga dianggap sangat cocok sekali dengan ukuran ikan dan luas klebutan yang menyerupai kolam. Selain itu air klebutan yang ada pun tampak sangat jernih sekali, sehingga ratusan ikan koi, bawel, ikan nila, dan lele sangat jelas terlihat. "Karena airnya sangat jernih, jadi ikannya kelihatan jelas dari permukaan. Sehingga tidak jarang pemedek yang melukat dan pengunjung mengabadikannya," ungkap dia.
Lanjut Weda, penaburan benih ikan pun dulunya dilakukan secara bertahap. "Kami taburnya bertahap, kemarin tahun 2017 ada yang menyumbang dari komunitas ikan koi. Sedangkan yang sudah lama, memang ada dan ditambah lagi dengan ratusan bibit ikan. Bahkan umurnya ada yang sudah mencapai 10 tahunan dan tidak pernah dipindahkan," tandasnya.
Ditanya terkait sejarah pura, Weda menjelaskan sudah berdiri pada kerajaan Warmadewa ke-3. Sedangkan yang bersthana di sana, ia mengatakan Ida Sang Hyang Suci Nirmala. "Berdiri pura ini masih ada kaitan dengan pura Tirta Empul, yang menyebabkan ada sebuah kemiripan pada penggunaan sumber mata airnya," papar pria 49 tahun tersebut.
Dalam kesempatan itu juga, Weda mengatakan bahwa semua tirta yang digunakan untuk yadnya tidak perlu dipasupati lagi. Dalam artian tidak diupacarai sebelum digunakan. Namun setelah nunas di sana bisa langsung digunakan sebagaimana diperlukan, karena sudah dianggap suci. Sedangkan jika tirta itu diupacarai lagi oleh sulinggih atau pandita, akan menyebabkan surutnya sumber mata air terdekat pelaksanaan upacara tersebut.
"Semua jenis tirta yang ada di sini tidak perlu dipasupati kembali, hanya cukup nunas tirta dengan sebuah banten di Pura Mengening dan sesampai di rumah tinggal dipakai saja. Jika itu dilanggar, maka ada sebuah pancuran dekat pelaksanaan upacara tersebut akan kering. Karena tirta di sini melambangkan air danau yang sumber dari mata air," ungkap pria dua anak tersebut.
Sedangkan untuk malukat, harus menggunakan kamben atau pakaian adat madya. Untuk sarana juga semampu dari pemedek yang akan melaksanakan panglukatan. Bisa hanya menggunakan sarana canang atau berupa pejati.
Disinggung tentang nama pura, Weda sendiri mengatakan arti mengening adalah air yang jernih. Hening yang berarti sangat jernih. "10 klebutan yang ada di areal pura dijadikan sebuah pancuran dari wilayah yang paling atas sampai paling bawah. Yang menjadi sebuah sungai mengaliri irigasi sampai persawahan di hilir Pura Mengening," imbuh Weda.
(bx/ade/yes/JPR)
"ikan" - Google Berita
January 20, 2020 at 07:05AM
https://ift.tt/37kK9nn
Ada Ikan Berusia Puluhan Tahun di Klebutan Pura Mengening - Jawa Pos
"ikan" - Google Berita
https://ift.tt/2Lm4jo8
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ada Ikan Berusia Puluhan Tahun di Klebutan Pura Mengening - Jawa Pos"
Post a Comment