Kronologi, Gorontalo – Pada umumnya, menangkap ikan di sungai, kolam, hingga di laut, dilakukan dengan cara memancing atau menjala. Bahkan, banyak alat tangkap ikan modern hari ini yang telah ditemukan untuk mempermudah tangkapan.
Namun, hal itu tidak membuat masyarakat di Provinsi Gorontalo melupakan tradisi leluhurnya. Apalagi, ada tradisi menangkap ikan dengan cara tradisional yang telah tumbuh sejak zaman leluhur, yakni Paiso.
Tradisi Paiso masih bisa dijumpai di Gorontalo di wilayah pedesaan. Salah satunya, di Desa Tulabolo Timur, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone bolango, Gorontalo.
Nah, seperti apa tradisi Paiso itu? Berikut ulasan yang ditulis tim Kronologi.id saat ikut langsung bersama masyarakat melakukan tradisi tersebut.
Tradisi Paiso adalah cara tradisional menangkap ikan dengan memanggil ikannya. Uniknya, ikan-ikan itu akan datang dengan sendirinya saat dipanggil.
Mungkin, aksi ini hanya bisa dilihat di sirkus ikan. Namun percaya atau tidak, masyarakat Desa Tulabolo Timur telah membuktikan keunikan ini.
Pelaksanaan tradisi Paiso ini dipimpin oleh seorang pawang yang berperan memanggil ikan-ikan tersebut.
Otal Ulu, pawang yang memimpin pelaksanaan tradisi Paiso kali ini mengatakan, sekelompok orang yang ingin menangkap ikan dengan cara Paiso tidak diperkenankan makan terlebih dahulu dari rumah.
Setelah sampai di tepi sungai, kelompok ini tidak diperbolehkan bersuara, terkecuali sang pawang yang melakukan panggilan hingga ikan-ikan itu datang dengan sendirinya. Juga tidak diperbolehkan melakukan aktivitas lain selama proses ini berlasung.
Ketika ikan-ikan itu mulai terlihat, barulah kelompok lain mengumpulkan ikan-ikan pada keranjang di bawah oleh mereka dengan komando sang pawang. Karena aturan itu, maka momen unik ini tidak bisa kami rekam.
“Wanu ja ahuwa, mootopotala tayilonga. Mali ayu mohengu beyito ponula.(Jika tidak habis, itu bisa bahaya bagi yang memakannya, sebab ikan itu akan berubah menjadi kayu kering),” kata Otal.
Otal Ulu sendiri telah mengenal tradisi ini sejak usia 10 tahun. Tradisi ini, kata dia, memang sudah ada sejak nenek moyang dan terus dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat Gorontalo, khususnya keturunannya.
Otal mengaku, tradisi Paiso sudah jarang dilakukan oleh orang Gorontalo saat ini. Sebab, zaman sekarang sudah sangat modern.
“Ma londo mongo panggolayi. Waw to saati botiye nonggo hepohutu lami (Tradisi ini dari nenek moyang kita, dan hari ini masih kita lestarikan),” ujar Otal.
“Bo masatiya makurangi. Bolo to podalaman lo huondalo nonggo odungga u odiye (di zaman modern sekarang, sudah sangat kurang yang melakukan tradisi paiso ini, mungkin hanya berada di pedalaman Gorontalo saja tradisi ini bisa ditemukan lagi),” lanjutnya.
Selama mempraktekkan tradisi ini, tak jarang Otal Ulu harus mendapatkan anggapan syirik dan bertentangan dengan ajaran agama. Orang-orang menganggap, tradisi ini murni atas bantuan jin.
Padahal, bagi Otal, agar bisa melakukan tradisi Paiso, harus melalui latihan. Menurutnya, apa yang dilakukannya hari ini sebagai bentuk kepeduliannya terhadap tradisi leluhur yang semakin tergerus oleh modernisasi zaman.
“Tradisi ini tidak menggunakan jin. Tapi banyak yang berpikir tradisi Paiso ini adalah syirik, karena mereka berpikir tradisi ini menggunakan jin, padahal tidak,” pungkasnya.
Penulis: Sarjan Editor : Zul
"ikan" - Google Berita
March 09, 2020 at 11:27AM
https://ift.tt/333dn8X
Mengenal Tradisi Paiso, Menangkap Ikan Cuma dengan Memanggil di Gorontalo - kronologi.id
"ikan" - Google Berita
https://ift.tt/2Lm4jo8
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mengenal Tradisi Paiso, Menangkap Ikan Cuma dengan Memanggil di Gorontalo - kronologi.id"
Post a Comment